tag:blogger.com,1999:blog-77939465078490007832024-02-20T11:14:09.109-08:00Ki Totok Hadi SugitoDengan kesenian jawa ini salah satunya wayang kulit, kita bisa melestarikan budaya bangsa.ki Totok Hadi Sugitohttp://www.blogger.com/profile/00415242035382399000noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-7793946507849000783.post-18764923362548814832010-09-04T01:06:00.000-07:002010-09-04T01:06:53.394-07:00<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;">Yogyakarta - Dunia pedalangan kehilangan seorang tokoh yang konsisten (teguh) dengan pakeliran gaya Yogya. Ki Hadi Sugito meninggal dunia di usianya yang ke-67, pada Rabu (9/1), setelah dirawat di RSUD Wates selama tiga hari karena menderita sakit jantung.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;">“Sudah dua tahun belakangan ini bapak sakit-sakitan dan beberapa kali masuk rumah sakit,” ujar Ki Sutono, salah seorang anak Hadi Sugito.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;">Namun, lanjut Sutono, ayahnya masuk ke rumah sakit kali ini lebih karena dipicu minum jamu godhogan. Padahal, ayahnya juga masih minum obat yang berasal dari dokter. Akibatnya, ayahnya usai minum jamu itu jatuh tak sadarkan diri dan harus dilarikan ke rumah sakit.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;">“Mungkin memang ini sudah menjadi kehendak Allah. Sebab, biasanya bapak walau sakit masih bisa mendalang tanpa ada halangan,” tuturnya, seraya menambahkan pada Januari ini ayahnya telah mendapat 10 order.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;">Dituturkan Sutono, sebetulnya ayahnya harus mendalang di Joglo Labuhan Pantai Glagah, Rabu malam, dalam rangka menyambut 1 Suro. Namun apa daya, pagi sebelum pentas, ayahnya harus menghadap Sang Khalik untuk selama-lamanya. Dan bahkan tepat pada 1 Suro (Kamis 10 Januari) justru dimakamkan di Sasana Laya Genthan, Tayuban, Panjatan, Kulon Progo.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;">Figur Ki Hadi Sugito, menurut Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kulon Progo, Bambang Sumbogo BA, adalah seorang dalang yang sangat disukai oleh anak-anak muda pencinta dan penikmat wayang. Karena Hadi Sugito dalam pentasnya selalu menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dicerna serta dibarengi dengan banyolan yang kadangkala sedikit mengarah porno. “Karenanya, ia disenangi anak-anak muda,” ungkap Sumbogo.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;">Tak hanya itu sebetulnya kelebihan Ki Hadi Sugito dibanding dengan dalang-dalang yang lain. Dalam komunitas dalang, Ki Hadi Sugito juga dikenal tak mau ikut kecenderungan untuk menggabungkan antara gaya Yogya dengan gaya Solo atau menggabungkan unsur musik modern dengan tradisional dalam pentasnya. Ki Hadi Sugito juga dikenal sebagai dalang kreatif dalam menciptakan lakon carangan yang berbasis Mahabaratha.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;">Hal lain yang menonjol dari Ki Hadi Sugito adalah ketidaksetujuannya terhadap pementasan yang mengizinkan sinden berdiri atau berada di posisi yang lebih tinggi dari dalang. Kepergian Ki Hadi Sugito untuk selamanya, bukan berarti dinastinya punah.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;">Kepiawaiannya mendalang telah pula ditularkan pada kelima anaknya, yakni <b>Ki Sutono Hadi Sugito</b>, <b>Ki Sumbodo</b> <b>Supracoyo</b>, <b>Ki Totok Hadi Sugito</b> dan <b>Ki Wisnu Supracoyo</b>. Dan saat ini kelima anaknya itu sudah sering tampil mendalang di berbagai tempat</span>ki Totok Hadi Sugitohttp://www.blogger.com/profile/00415242035382399000noreply@blogger.com0